Selasa, 02 September 2014

Mencetak Intelektual Muslim yang Berwawasan Qurani


        Mencetak Intelektual Muslim yang Berwawasan Qurani


Pondok Pesantren Nurul Musthofa, Ciracas, Jakarta Timur
Oleh : Abd. Rahman
Sebanyak 3.000-an orang memadati pesantren Nurul Musthofa, Ciracas, Jakarta Timur. Mereka datang dari berbagai daerah untuk mengikuti Majelis Dzikir taqarrub ilallah. Ada yang dari Bandung, Sukabumi, Purwakarta, Purwokerto, Cirebon,Cibitung, Banten dan DKI Jakarta. Dari aura mereka, tak ada sedikit penyesalan pun datang jauh-jauh dari luar kota. Bahkan ada yang menyesal jika tak mengikuti Majelis Dzikir taqorrub ilallah ini.
Majelis Dzikir ini bukan tiba-tiba besar begitu saja dengan jamaah ribuan orang. Ini adalah komitmen dan istiqomah yang dirintis sejak puluhan tahun yang silam. Majelis Dzikir ini awalnya tidak di Ciracas. Tetapi di Sunter Jakarta Utara. Majelis Dzikir ini ada sejak tahun 1995 di Sunter dan pindah ke Ciracas tahun 2007 karena ada isu penggusuran TPA yang dirintis dan didirikan oleh kiai Faris. Namun isu itu sampai sekarang tidak terbukti. Sebetulnya lebih enak digusur,biar dapet uang, kata Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Musthofa, Ciracas Jakarta Timur, KH Faris Muhammad Al-Husaini kepada Pelita, Kamis (13/10).
Kiai Faris menuturkan, setiap acara Majelis Dzikir Taqarrub Ilallah, selalu ada tulisan lafadz Allah di atas langit pesantren. Dan itu diketahui oleh ribuan jamaah Majelis Dzikir yang hadir. mungkin ini anugerah dari Allah, tutur kiai Faris. Ini mungkin tanda yang Allah berikan untuk orang-orang yang beriman. Dan jemaah tambah yakin akan dahsyatnya Majelis Dzikir ini. Bahkan ada dari mereka yang fanatik terhadap Majelis Dzikir ini.
Sejarah Berdirinya Pesantren

Sejarah berdirinya Pesantren Nurul Musthofa, kata kiai Faris,cukup unik. Orang yang membangun masjid, kamar mandi dan beberapa bangunan di Pesantren Nurul Musthofa tidak diketahui orangnya. Kiai Faris cuma bercerita kepada temannya di Bogor bahwa ia ingin mendirikan masjid dan Pesantren, setelah ada tanah kosong yang cukup luas di Ciracas yang didapat dari hamba Allah yang awalnya hendak memberangkatkan kiai Faris ke Tanah Suci.
Setelah bercerita kepada temannya di Bogor, temannya merespon baik dan mengatakan bisa membantu karena ada teman yang bisa mengggarap itu. Akhirnya, masjid,kamar mandi dan beberapa bangunan lain selesai dibangun. Kiai Faris kemudian berkata kepada pekerja yang membangun masjid tersebut. Sebagai ucapan terima kasih,saya ingin ketemu dengan orang yang membangun masjid ini, pekerja itu bilang siap menyampaikan pesan itu. Beberapa hari kemudian pekerja itu mengatakan,katanya sampai ketemu di akhirat saja.
Karena masjid di Pesantren Nurus Musthofa sudah terbangun, yang tersisa adalah sekolah yang belum dibangun. Entah kenapa beberapa waktu kemudian kiai Faris menerima telepon dan mengatakan siap untuk membangun dua lantai untuk sekolah. Ini karunia yang tak ternilai dari Allah, kata kiai Faris
Rupanya Pesantren Nurul Musthofa tidak menerapkan pendidikan formal sebagaimana pesantren-pesantren lain. Nurul Musthofa mengadopsi sistem diniyah dan disetarakan dengan pendidikan formal melalui Departemen Agama. Pendidikan di Pesantren Nurul Musthofa ada mulai dari TK,TPQ, Diniyah dan Paket. Pendidikan Diniyah ada Ula yang disetarakan dengan SD/MI, Wustho setara dengan MTs/SMP. Meski demikian, soal materi, materi yang di Wustho setara dengan materi di MAN.
Materi yang diajarkan 99,9 persen adalah materi agama. Para santri diajak untuk mendalami kitab kuning dan penguasaan ilmu alat (nahwu dan sharraf). Para santri juga diajarkan metode cepat dan kilat untuk mempelajari dan membaca kita kuning,dengan metode amtsilati. Metode ini dikenal praktis dan singkat,namun berpengaruh besar bagi penguasaan santri terhadap kitab kuning. Metode amtsilati ini juga sangat berguna bagi orang yang tidak mau berkutat di ilmu alat secara mendalam.
Uniknya, meskipun materi sebagian besaar bermuatan agama, tetapi penekanan akan bahasa inggris juga sangat diperhatikan. Bahasa inggris dianggap penting untuk membangun jaringan dan membentuk kedewasaan. Bahkan,kiai Faris bercita-cita santri lulusan Nurul Musthofa dapat melanjutkan studi ke luar Negeri.
Khusus santri baru,penekanan terhadap al-Quran menjadi prioritas. Metode yang digunakan di pesantren ini untuk memperdalam wawasan al-Quran adalah metode qiroati. Metode ini,menurut kiai Faris mempunyai standar nasional. Artinya, kelulusan tidak ditentukan oleh pesantren Nurul Musthofa, tetapi ditentukan oleh penguji dengan kualifikasi standar nasional.
Santri di Nurul Musthofa sekitar 300 orang. Mereka wajib bangun tidur jam 03.00 dan setiap santri wajib shalat tahajud dan shalat Dhuha. Para santri mulai masuk sekolah dari jam 07.00 pagi hingga jam 21.00, tidak ada istrirahat kecuali shalat wajib dan berjamaah. Di samping itu, santri didorong untuk menyenangi buku. Di Perpustakaan,tersedia banyak koleksi buku agar membuka cakrawala berpikir santri.
Ekstra kulikuler santri di pesantren Nurul Musthofa ada beberapa macam, tergantung minat dan keinginan santri. Ada drumband, olah raga, rebana, dan lain-lain. Main rebana, hari jumat khusus santriwati. Sedang santri laki-laki dapat berlatih rebana hari minggu. Anak-anak juga dilatih untuk menjadi penceramah. melalui kegiatan muhadharah.
Pesantren Nurul Musthofa juga berupaya bermanfaat tidak saja untuk para santri, tetapi juga untuk masyarakat. Di pesantren ini membimbing masyarakat,baik laki-laki ataupun perempuan yang ingin belajar al-Quran. …bahkan ada orang yang umurnya di atas 50 tahun tidak bisa baca al-Quran tutur kiai Faris. Umur masyarakat yang belajar al-Quran ini sangat fariatif,mulai dari usia 30 tahun hingga 70 tahun.
Untuk mengisi rohani masyarakat agar lebih memahami agama, setiap malam senin dan malam jumat ada pengajian untuk masyarakat umum. Kitab yang dikaji adalah Riyadhus Shalihin. Menurut kiai Faris masyarakat yang mengikuti pengajian ini berkisar 100 orang. soal jumlah saya tidak tahu pasti,tapi kruang lebih 100 orang, ungkap kiai Faris seraya mengakhiri pembicaraan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar