Majelis Rasulullah SAW, Majlis Keagamaan Pemuda Terbesar
OPINI | 28 April 2010 | 07:32 Dibaca: 6423 Komentar: 29 1
“Aduuh,
macet banget.. Ada apaan sih ni?”. “Em, itu neng, di depan ada
pangajian akbar. Biasa neng tiap malam selasa daerah sini
macet”.”Halaaah, pangajian apa mau demo pake bendera-bendera gitu. Ngaji
kan bisa dirumah, kenapa musti ngerepotin yang lain gini. Hufffh..
Bikin emosi aja nih, mana mau meeting lagi. Aduuuuuuh…”
Demikian sepenggal percapakan salah satu
staf di sebuah perusahaan dengan sopir taksi yang akan menuju daerah
Kalibata dari Tebet dimana jalan yang mereka lalui termakan kemacetan
di daerah Pancoran. Mungkin tidak hanya mereka yang harus merugi atas
waktu yang terbuang di jalan karena puluhan kendaraan baik pribadi
maupun umum berjejal untuk melewati jalan arah Pasar Minggu itu.
Dan jawaban dari Pak Sopir benar adanya.
Kemacetan itu disebabkan oleh kuantitas kendaraan yang meningkat pesat
karena hadirnya puluhan ribu jamaah Pengajian Akbar Majelis Rasulullah
SAW yang diadakan setiap malam Selasa di Mesjid Al Munawwar, Pancoran.
Meskipun mayoritas adalah pengendara sepeda motor, namun sempitnya jalan
dan juga letak mesjid yang berada persis di tepi jalan raya membuat
hiruk pikuk area yang juga pertigaan berlampu merah itu menjadi
tersendat total.
Para jamaah sangat mudah diketahui dan
dikenali ketika mengendarai motornya, yakni dengan berjaket hitam
berpita menyala bertuliskan Majelis Rasulullah. Memakai sarung, peci dan
kadang-kadang tas hitam kecil berisi kitab-kitab Maulid. Selain itu
bendera-bendera juga sering mereka kibarkan sembari jalan yang belambang
majelis atau tulisan kalimat tauhid. Sebagian besar dari mereka adalah
pemuda pemudi sehingga tidak jarang Majelis ini sering disebut majelis
keagamaan pemuda terbesar di Indonesia karena jamaahnya mencapai penjuru
tanah air. Majlis ini dipimpin oleh Al Habib Munzir Bin Fuad Al Musawa.
Nama “Majelis Rasulullah.”
dalam aktifitas dakwah ini berawal ketika Hb Munzir Almusawa lulus dari
Study-nya di Darulmustafa pimpinan Al Allamah Al Habib Umar bin Hafidh
Tarim Hadramaut, Yaman. Beliau kembali ke Jakarta dan memulai berdakwah
pada tahun 1998 dengan mengajak orang bertobat dan mencintai nabi saw
yang dengan itu ummat ini akan pula mencintai sunnahnya, dan menjadikan
Rasul saw sebagai Idola.
Habib Munzir mulai berdakwah siang dan malam
dari rumah kerumah di Jakarta, ia tidur dimana saja dirumah-rumah
masyarakat, bahkan pernah ia tertidur di teras rumah orang karena
penghuni rumah sudah tidur dan ia tak mau membangunkan mereka di larut
malam. Setelah berjalan kurang lebih enam bulan, Hb Munzir memulai
membuka Majelis setiap malam selasa *(mengikuti jejak gurunya Al Habib
Umar bin Hafidz yang membuka Majelis minggu-an setiap malam selasa), dan
ia pun memimpin Ma’had Assa’adah, yang di wakafkan oleh Al Habib Umar
bin Hud Alattas di Cipayung, setelah setahun, munzir tidak lagi
meneruskan memimpin ma’had tersebut dan melanjutkan dakwahnya dengan
menggalang majelis-majelis di seputar Jakarta.
Hb Munzir membuka majelis malam selasa dari
rumah kerumah, mengajarkan Fiqh dasar, namun tampak ummat kurang
bersemangat menerima bimbingannya, dan Hb munzir terus mencari sebab
agar masyarakat ini asyik kepada kedamaian, meninggalkan kemungkaran dan
mencintai sunnah sang Nabi saw, maka Hb Munzir merubah penyampaiannya,
ia tidak lagi membahas permasalahan Fiqih dan kerumitannya, melainkan
mewarnai bimbingannya dengan nasehat-nasehat mulia dari Hadits-hadits
Rasul saw dan ayat Alqur’an dengan Amr Ma’ruf Nahi Munkar, dan lalu
beliau memperlengkap penyampaiannya dengan bahasa Sastra yang dipadu
dengan kelembutan ilahi dan tafakkur penciptaan alam semesta, yang
kesemuanya di arahkan agar masyarakat menjadikan Rasul saw sebagai
idola, maka pengunjung semakin padat hingga ia memindahkan Majelis dari
Musholla ke musholla, lalu Musholla pun tak mampu menampung hadirin yang
semakin padat, maka Munzir memindahkan Majelisnya dari Masjid ke Masjid
secara bergantian.
Mulailah timbul permintaan agar Majelis ini
diberi nama, Hb Munzir dengan polos menjawab, “Majelis Rasulullah?”,
karena memang tak ada yang dibicarakan selain ajaran Rasul saw dan
membimbing mereka untuk mencintai Allah dan Rasul Nya, dan pada dasarnya
semua Majelis taklim adalah Majelis Rasulullah saw..
Majelis kian memadat, maka Munzir mengambil
empat masjid besar yang bergantian setiap malam selasa, yaitu masjid
Raya Almunawar Pancoran Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taqwa Pasar
minggu Jakarta Selatan, Masjid Raya At Taubah Rawa Jati Jakarta Selatan,
dan Ma`had Daarul Ishlah Pimp. KH. Amir Hamzah di Jalan Raya Buncit
Kalibata Pulo, Namun karena hadirin semakin bertambah, maka Hb Munzir
akhirnya memusatkan Majelis Malam selasa ini di Masjid Raya Almunawar
Pancoran Jakarta Selatan, kini acara ini dihadiri berkisar antara 10.000
hadirin setiap minggunya, Hb Munzir juga meluaskan wilayah da’wah di
beberapa wilayah Jakarta dan Sekitarnya, lalu mencapai hampir seluruh
wilayah Pulau Jawa, Majelis Rasulullah tersebar di sepanjang Pantai
Utara Pulau jawa dan Pantai Selatan, dan terus makin meluas ke Bali,
Mataram, Irian Barat, bahkan Singapura, Johor dan Kualalumpur, demikian
pula di stasion stasion TV Swasta, bahkan VCD, Majalah bulanan dll, dan
kini Anugerah ilahi telah merestui Majelis Rasulullah untuk meluas ke
Jaringan internet dengan nama asalnya “Website Majelis Rasulullah”.
(www.majelisrasulullah.org)
Semoga Allah memberikan anugerah kemudahan
pada Hb Munzir Almusawa untuk terus menjadi Khadim Nabinya saw,
memberikan padanya kesehatan Jasmani dan Rohani, dan selalu
membimbingnya di Jalan yang di Ridhoi Allah swt, dan juga melimpahkan
Anugerah Agung pada para aktifis Majelis Rasulullah khususnya, dan semua
Pecinta Rasulullah saw pada umumnya, Amin.
Alamat Majelis Rasulullah: Jl Cikoko Barat
V, RT 03/05, No 66, Kelurahan Cikoko, Kecamatan Pancoran, Jakarta
Selatan (12770). (Telfon 021-7986709).
“Sabar neng, InsyaAlloh wakunya
diganti sama Tuhan dengan yang lebih baik, Pasti Pak ustadz juga doakan
kita-kita yang di sini terjebak macet kok neng…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar