Rabu, 03 September 2014

Keluarga Korban Palestina dan Israel Berduka Bersama


Keluarga Korban Palestina dan Israel Berduka Bersama

  • Internasional
  • 0
  • 07 Jul 2014 11:38
Liputan6.com, Yerusalem Menghadapi lingkaran kekerasan dan amarah, para pihak yang terkait sebetulnya bisa melakukan pilihan secara sadar untuk meneruskan lingkaran kemarahan itu atau keluar dari jebakannya.
Untunglah, menyikapi saling bunuh antar remaja-remaja Israel dan Palestina baru-baru ini, pihak-pihak keluarga yang tersakiti telah secara sadar memilih untuk mencoba keluar dari jebakan lingkaran kekerasan dan amarah itu.
Paman dari Naftali Fraenkel, salah satu remaja Israel yang terbunuh baru-baru ini, menyampaikan belasungkawa melalui telepon kepada Hussein Abu Khdeir, yang putranya (16) dibunuh minggu lalu dalam suatu peristiwa yang ditengarai polisi sebagai bentuk balas dendam oleh kaum ekstrem Yahudi.
Sebagaimana yang dikutip liputan6.com dari The Times of Israel (6 Juli 2014), Walikota Yerusalem, Nir Barkat, mengatakan ia telah berbicara kepada Abu Khdeir dan, mewakili para penduduk Yerusalem, mengutuk pembunuhan Mohammed, putranya.
Ucapan melalui telepon itu dilakukan setelah dua warga Palestian dari kawasan Hebron mendatangi keluarga Fraenkel yang sedang berduka.
“Kami menyatakan empati mendalam atas penderitaan mereka, dari satu keluarga yang berduka kepada keluarga berduka lainnya,” kata Yishai Fraenkel, demikian dilaporkan oleh Ynet.
“Baguslah kalau pelakunya sudah ditemukan. Kami menyatakan rasa jijik tentang apa yang telah terjadi. Ia menerima pernyataan kami, karena penting baginya untuk mendengar hal itu.”
Fraenkel menambahkan bahwa “tidak ada bedanya mereka yang membunuh Mohammed dengan mereka yang membunuh anak-anak kami. Sama-sama pembunuh. Dan dua kejadian ini harus dituntaskan secara hukum, dan kami mengatkan ini kepadanya.”
Di awal hari Minggu lalu, dua warga Palestina dari daerah Gush Etzion, ditemani oleh kepala dewan keagamaan Gush Etzion, Rabbi Rafi Ostroff, tiba di tempat kediaman keluarga Fraenkel di Nof Ayalon ketika keluarga berduka itu sedang berada di masa duka tradisional yang berlangsung selama tujuh hari.
Salah satu tamu mengatakan kepada situs web NRG bahwa pernyataan Fraenkel minggu lalu (sesudah pembunuhan Abu Khdeir) telah “menyentuh banyak warga Palestina.”
“Saya datang dari keluarga yang berduka, telah kehilangan seorang saudara lelaku dan memiliki beberapa anggota keluarga yang mantan narapidana yang sayangnya pernah juga melempari batu-batu ke arahmu. Apa yang bisa kamu lakukan?” katanya.
Dalam suatu pernyataan minggu lalu, keluarga Fraenkel mengutuk pembunuhan Abu Khdeir, dan mengatakan dalam suatu pernyataan bahwa “Tidak ada bedanya kalau sudah berurusan dengan darah. Pembunuhan adalah pembunuhan; tidak ada dalih, pengampunan ataupun penggantian untuk pembunuhan manapun.”
“Pada saat kita belajar menghadapi rasa sakit masing-masing dan menghentikan amarah terhadap satu sama lain, keadaannya akan membaik,” kata tamu itu. “Tujuan kami adalah untuk menguatkan keluarga dan mengambil langkah-langkah ke dapat menuju pembebasan rakyat kami. Kami percaya bahwa hanya melalui hati orang-orang Yahudilah pembebasan kami bisa terjadi.”
Ia menjelaskan kehangatan penerimaan keluarga Fraenkel dengan ucapan “Kami menyesali adanya kekerasan bentuk apapun terhadap rakyat, entah Yahudi ataupun muslim. Kami tidak menginginkan siapapun tersakiti, dan ingin mencapai kesepakatan politik.”
Dua warga Palestina itu juga membeberkan suatu gagasan yang sedang dimulai, “Aksi Puasa Melawan Kekerasan” pada hari Selasa nanti, di mana kaum Yahudi berpuasa pada tanggal 17 di bulan Tammuz (salah satu bulan dalam kalender Yahudi) yang berbarengan dengan bulan Ramadan yang sedang berlangsung.
“Sejumlah warga Palestina yang saya kenal ingin berkunjung dan menghibur keluarga-keluarga ini, jadi saya membawa mereka ke sini,” kata Ostroff. “Keluarga (Fraenkel) menyambutnya secara luar biasa. Mereka tidak berpikir panjang untuk mempersilahkan tamu-tamunya masuk; jelas sekali mereka tidak keberatan.”
Dalam berita sebelumnya, Naftali Fraenkel (16), Eyal Yifrach (19) dan Gil-ad Shaar (16) diculik dan dibunuh oleh kelompok yang terkait dengan Hamas pada tanggal 12 Juni lalu di Tepi Barat. Jasad-jasad mereka di temukan di Halhul di dekat Hebron, minggu lalu setelah pencarian selama 18 hari.
Israel yakin anggota-anggota Hamas, Marwan Kawasme dan Amer Abu Aysha, keduanya dari Hebron, sebagai yang bertanggungjawab, namun Hamas menolak keterlibatan apapun dan kedua tersangka remaja itu masih belum tertangkap.
Beberapa jam setelah pemakaman para remaja itu pada hari Selasa sore lalu, seorang warga Yerusalem Timur, Mohammed Abu Khdeir, diculik dan, menurut beberapa sumber Palestina, dibakar hidup-hidup hingga tewas. Tubuh hangusnya ditemukan di Hutan Yerusalem pada hari Rabu pagi.
Polisi menangkap tujuh tersangka kaum Yahudi pada hari Minggu, bahkan di antaranya ada anak di bawah umur, terkait dengan peristiwa tersebut. Menurut laporan-laporan media Ibrani, salah satu tersangka telah mengakui kejahatan itu dan menyebutkan beberapa orang lainnnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar