Selasa, 02 September 2014

Fenomena Habib Diduga Cabul dari Majlis Nurul Musthofa


107
PENOLAKAN terhadap kegiatan Majlis pimpinan Habib yang diduga Homo dan Cabul
Pengantar Redaksi:
Tulisan berikut ini diambil seutuhnya dari nahimunkar.com dengan judul asli Fenomena Habib Diduga Cabul dari Majlis NM yang dipublikasikan pada hari Jum’at tanggal 10 Februari 2012. Untuk keperluan di blog ini, singkatan nama orang dan lembaga ditulis utuh, misalnya Hasan tidak disingkat menjadi Has atau Nurul Musthofa tidak disingkat menjadi Nur Mus.
Yayasan Nurul Musthofa
Yayasan Nurul Musthofa

Fenomena

Habib Diduga Cabul

Dari Majlis Nurul Musthofa

BARU-BARU ini media massa memberitakan tentang sosok habib muda berinisial HA yang dilaporkan melakukan perbuatan cabul terhadap sejumlah anak-anak usia belasan tahun. Secara lebih spesifik, Arrahmah.com edisi 08 Februari 2012 menurunkan berita itu dengan judul “Diduga Homoseks dan lakukan pencabulan, Habib H dilaporkan ke polisi”. Sedangkan yustisi.com  edisi 08 Februari 2012 mendeskripsikan habib H dengan uraian “berwajah ganteng dan sering kerahkan massa”.
Habib Hasan bin Ja'far Assegaf
Habib Hasan bin Ja'far Assegaf yang diduga mengidap homosex dan dilaporkan jamaahnya sendiri dalam kasus pelecehan seksual
Meski media hanya menuliskan sosok habib tersebut dengan inisial H atau HA saja, namun kekuatan sistem gethok-tular (berita dari mulut ke mulut) yang dilakukan korban dan keluarganya, mampu menembus batasan-batasan yang dibuat berdasarkan etika jurnalistik dan azas praduga tak bersalah versi hukum pidana.
Apalagi sebelumnya, sekitar tanggal 05 dan 06 Februari 2012, seseorang yang menamakan dirinya jabonjaya pada sebuah forum media online, menurunkan obrolan tertulisnya secara agak panjang lebar. Obrolan itu dilengkapi dengan beberapa dokumen, termasuk foto sosok yang sedang dibicarakan. Bahkan, lembaga tempat si habib berkiprah pun disebut, meski hanya dengan inisial NM saja. Meski hanya inisial, namun karena dilengkapi dengan penyebutan lokasi yang jelas yaitu Kampung Kandang (Jagakarsa, Jakarta Selatan), maka semakin mudahlah proses identifikasi.
Sosok dimaksud tak lain tak bukan adalah Habib Hasan bin Ja’far bin Umar bin Ja’far Assegaf, atau biasa disingkat Habib Hasan Assegaf saja. Ia lahir di Kramat Empang Bogor, pada tahun 1977. Berarti kini usianya sekitar 35 tahun. Pendidikan formal yang ditempuh Hasan Assegaf antara lain di IAIN Sunan Ampel Malang. Selain itu, Hasan juga sempat mondok di Pesantren Darul Hadits Al Faqihiyah, Malang. Ia berguru dengan sejumlah tokoh seperti Habib Abdul Qadir Faqih, Habib Abdulloh Bil Faqih, Syaikh Abdulloh Abdun, Habib Hasan bin Ahmad Baharun, Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf.
Setelah menuntut ilmu di Malang dan sebagainya, Hasan kemudian ke Jakarta untuk berguru kepada sejumlah habaib dan kyai. Sebelum akhirnya terjun ke masyarakat, Hasan sempat tidak keluar rumah selama satu tahun. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar untuk bersyukur dan bertafakur kepada Allah SWT. Hanya sesekali saja Hasan keluar, itu pun dalam rangka berziarah ke makam kakeknya yang juga seorang Habib. Selang setahun, Hasan mendapatkan semacam bisyaroh untuk mengajarkan ilmu yang diperolehnya kepada umat Nabi Muhammad SAW.
Begitulah gambaran –yang dari sisi lain kemungkinan bisa dimaknai bernuansa khurafat– tentang sosok Habib Hasan Assegaf menurut nurulmusthofa.org, yang kini dilaporkan jamaahnya sendiri karena diduga melakukan pelecehan seksual terhadap sejumlah remaja pria belasan tahun.
Sedangkan lembaga tempat berkiprah Hasan adalah Nurul Musthofa yang didirikan pada tahun 2000, ketika usia Hasan masih 23 tahun. Barulah pada tahun 2005 dibentuk Yayasan Nurul Musthofa yang sudah mendapatkan izin resmi dari Departemen Agama RI.
Bila pada tahun 2000 aktivitas pengajian dan zikir yang dilakukan Hasan secara berkeliling dari rumah ke rumah, maka tahun 2006 pengajian dan Zikir Hasan sudah menguasai di 250 mesjid yang ada di Jakarta. Rupanya tidak hanya di sektor bisnis, kita bisa temukan konglomerat muda, tetapi di sektor pengajian pun ada semacam ‘konglomerat’ mudanya, yang pertumbuhannya sedemikian cepat.
Apa yang menarik dari sosok Hasan Assegaf ini? Setidaknya ada dua hal. Pertama, nama marga yang disandangnya, yaitu Assegaf, mengingatkan kita pada sosok bernama belakang sama seperti Mahmud bin Ahmad Assegaf, Habib Abdurrahman Assegaf, Nur Hidayat Assegaf. Untuk lebih jelasnya silakan baca artikel berjudul Keturunan Nabi dan Tiga Sosok Assegaf Yang Menghebohkan di http://nahimunkar.com/894/keturunan-nabi-dan-tiga-sosok-assegaf-yang-menghebohkan/)
Sekedar mengingatkan, Mahmud bin Ahmad Assegaf adalah nama alias dari sosok bernama Omar Al-Farouq, kelahiran Kuwait 24 Mei 1971, yang menurut majalah Tempo (edisi 25 November – 1 Desember 2002), merupakan tokoh kunci Al-Qaidah di Asia Tenggara yang berperan membekingi dana gerakan Jamaah Islamiyah (JI), dan merupakan tangan kanan Osama bin Laden yang oleh Geroge Bush disebut teroris. Al-Farouq juga diduga terlibat pada sejumlah aksi peledakan gereja di Indonesia pada malam Natal 2000, kerusuhan di Poso dan Ambon.
Sedangkan Habib Abdurrahman Assegaf namanya menjulang ketika terjadi pengerahan sejumlah massa ke markas Ahmadiyah di Parung pada hari Jum’at tanggal 15 Juli 2005. Menurut Arrahmah.com, Abdurrahman Assegaf adalah seorang habib palsu yang bernama (asli) Abdul Haris Umarella bin Ismail Umarella. Namun ada juga yang mengatakan nama aslinya adalah Amsari Umarella. Ayahnya asal Makassar dan ibunya berasal dari Ambon.
Satu lagi, Nur Hidayat Assegaf kelahiran tahun 1959, yang terkenal pasca terjadinya kasus Lampung Berdarah (Februari 1989). Menurut mantan istri pertamanya, Dwi Rany Pertiwi, Nur Hidayat bukan keturunan Arab, apalagi bermarga Assegaf yang tergolong ahlul bait atau keturunan Nabi Muhammad SAW dari jalur Fathimah ra. Sang  mantan Karateka Nasional ini setelah dipecat dari Kantor Bea Cukai karena suka mabok-mabokan, pernah menjadi bagian dari kelompok pengajian usroh Abdullah Sungkar.
Hal kedua, adalah adanya aroma paham sesat Syi’ah yang menyeruak dari majelis ini. Setidaknya bila kita baca dengan baik-baik artikel berjudul Asal Usul Majlis Nurul Musthofa di (http://nurulmusthofa.org/artikel-asal-usul-majlis-nurul-musthofa.html). Pada bagian pendahuluan artikel tersebut bisa kita temui untaian kalimat yang mengindikasikan ke-SYI’AH-an majlis ini: “…keturunan Sayidatina Fatimah Al-Zahra dicurigai, tiada bebas dan senantiasa terancam, ini oleh karena pengaruhnya anak cucu dari Al-Has dan Al-Huseyn r.a. atas rakyat sangat besar dan diseganinya. Keinginan kebanyakan orang Muslim adalah seorang keturunan Nabi yang seharusnya memegang kekhalifahan…”
Tulisan di nurulmusthofa itu jelas bertentangan dengan Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma sendiri. Karena dalam sejarahnya justru seperti ini:
Secara defacto seluruh ahli sejarah sepakat bahwa Al Hasan bin Abi Thalib telah menyerahkan khilafah (kekuasaan) kepada sahabat Mu’awiyah. Dan tahun terjadinya serah terima khilafah ini akhirnya dikenal dan diabadikan oleh umat sunni hingga akhir masa. Sehingga mereka menyebut tahun tersebut dengan sebutan ‘aamul jama’ah (tahun persatuan).
Setiap umat sunni bergembira dengan kejadian ini. Umat sunni menganggap sikap Al Hasan ini sebagai jasa terbesar yang beliau lakukan untuk umat Islam. Bahkan umat sunni hingga saat ini meyakini bahwa sikap Al Hasan ini sebagai wujud nyata dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentangnya:
” { إنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَسَيُصْلِحُ اللَّهُ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ } “

“Sejatinya putraku ini adalah seorang pemimpin, dan semoga dengannya Allah menyatukan dua kelompok besar dari umat Islam.” (Bukhari)
Namun tahukah anda bahwa umat sunni yang mengapresiasi kebesaran jiwa Al Hasan ini ternyata tidak diteladani oleh penganut Syi’ah. Beberapa referensi Syi’ah malah menukilkan sikap yang berlawan arah. Beberapa tokoh Syi’ah malah menganggap sikap Al Hasan ini sebagai bentuk pengkhianatan.
Pada suatu hari, seorang  tokoh Syi’ah bernama Sufyan bin Laila berkunjung ke rumah Al Hasan bin Ali. Didapatkan beliau sedang duduk-duduk sambil berselimut di depan rumahnya. Sepontan Sufyan bin Laila mengucapkan salam kepada Al Hasan dengan berkata: “Semoga keselamatan atasmu, wahai orang yang telah menghinakan kaum mukminin! Karena merasa ganjil dengan ucapan selamat yang disampaikan oleh Sufyan, Al Hasan bertanya: Darimana engkau mengetahui hal itu? Ia menjawab: Engkau telah memangku kepemimpinan, lalu engkau melepaskannya dari bahumu. Selanjutnya engkau sematkan kepemimpinan itu di bahu penjahat ini agar ia leluasa menerapkan hukum selain hukum Allah.”
Kisah ini bisa anda temui pada beberapa refensi agama Syi’ah, semisal: Al Ikhtishash karya As Syeikh Al Mufid wafat thn: 413 H, hal: 82,  Ikhtiyaar Ma’rifat Ar Rijal, karya As Syeikh At Thusi wafat thn: 460, hal: 1/327 dan Bihaarul Anwaar karya Muhammad Baqir Al Majlisi wafat thn: 1111 H, hal: 44/24.
Sejak serah terima khilafah antara sahabat Al Hasan kepada sahabat Mu’awiyah ini, tidak seorangpun dari keturunan sahabat Ali bin Abi Thalib yang memangku jabatan khalifah.
Bahkan Al Husein bin Ali bin Abi Thalib yang hendak merebut khilafah dari Yazid bin Mu’awiyah, menemui kegagalan dan terbunuh sebelum sempat mendapatkannya. Tak ayal lagi, ia hidup tanpa imamah, hingga akhir hayatnya, demikian pula nasib seluruh anak cucunya. Dengan demikian kesepuluh imam Syi’ah Imamiyah setelah Al Hasan berstatus The Kings Without A Kingdom.
Ini adalah bukti nyata bahwa meyakini keimamahan kesepuluh imam sekte Imamiyah adalah kekeliruan, karena menyelisihi fakta. Sehingga wajar bila seluruh sunni dan juga setiap yang berakal sehat tanpa terkecuali umat Islam di negeri kita tercinta ini menolak idiologi Syi’ah Imamiyah. (Terimakasih kepada Bapak Haidar Bagir, atas Pegakuannya, 6 February 2012 |  Posted by:nahimunkar.com, Oleh Dr. Muhammad Arifin Badri http://nahimunkar.com/11011/terimakasih-kepada-bapak-haidar-bagir-atas-pegakuannya/)
Juga, pada sebuah artikel berjudul Sekilas Tentang Pon-Pes Darul Hadist Alfaqihiyyah di http://sachrony.wordpress.com/pon-pes-darul-hadist-malang/ tempat Has menimba ilmu, antara lain dikatakan: “…Pon-pes Darul hadist banyak melahirkan ulama-ulama terkemuka, seperti Habib Muhammad Ba’bud (alm) pendiri pon-pes Darun Nasyi’in Malang, Habib Syech Ali al Jufri, Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, Prof Dr Qurais Syihab, KH Alwi Muhammad Madura dan masih banyak yang lainnya…”
Rupanya, Hasan Assegaf yang sedang kita bicarakan ini, satu almamater dengan Quraish Shihab yang selama ini dikenal sebagai misonaris Syi’ah yang gigih.
Obrolan Jabonjaya
Kasus pelecehan seks yang dilakukan Hasan Assegaf ini sebelum diberitakan media massa, telah lebih dulu dibincangkan oleh jabonjaya di forum sebuah media online. Pada kesempatan ini, obrolan tertulis tersebut dimuat apa adanya. Namun, yang menyangkut hal-hal teknis seperti kaidah menggunakan huruf besar dan kecil kami terapkan. Begitu juga dengan singkatan kata yang lazim digunakan bahasa gaul, kami perjelas.
Senin 30 Januari (2012) lalu, serombongan ibu-ibu berjilbab menyewa angkot dari selatan Jakarta datang ke kantor MUI di sekitar Tugu proklamasi. Mereka adalah bekas jamaah sebuah majelis sholawat. Hampir dua bulan ini, para ibu itu berjuang membongkar kasus pencabulan yang dilakukan sang pemimpin majelis sholawat, berinisial HA.
Habib Diduga Cabul
Habib Diduga Cabul
Dalam laporannya ke MUI disebutkan, kasus pencabulan terhadap murid lelaki terjadi sejak tahun 2002 lalu di kampung kandang Jakarta Selatan. Namun, karena korbannya satu orang, kasus tidak dilaporkan. Orang tua korban tidak ingin kasus ini menjadi fitnah.
Rumor semakin kuat. sejumlah murid juga mengaku dicabuli, jumlahnya belasan murid lelaki usia 14-19 tahun. Mereka dioral dan mengoral sang habib. Bahkan, mereka diminta foto telanjang dan di-email ke habib cabul. Sampai akhirnya, awal November 2011, sang Habib sendiri mengaku di hadapan pengurus dan orang tua korban. Sambil memohon, si Habib mengaku bahwa pencabulan terhadap murid-murid lelakinya itu karena “hal-hal kewalian” yang diterimanya.
Tentu saja, para ibu dan orang tua korban tidak percaya. “Mana ada Wali mengumbar syahwat,” begitu umpat orang tua korban. Para korban pun akhirnya melaporkan kasus ini ke Komandan FPI Riziek Shihab, akhir november (2011). Namun, Si Habib cabul lebih gesit, dia melapor ke Riziek sehari sebelumnya. Si Habib Cabul, mengatakan akan ada fitnah buatnya.
Korban pun kecewa. Karena, Rizik yang biasanya garang, tiba-tiba adem ayem. Para pelapor juga mendapat teror. Bahkan seorang ibu yang gigih mengungkap kasus ini diberitakan telah mati dengan mata mendelik karena memfitnah sang habib cabul. Berita kematian si Ibu itu disebar lewat facebook murid setia si Habib.
 Habi Homo dan Cabul Menteror Orangtua Korban
Padahal, jelas-jelas si ibu tetap sehat wal afiat. Teror tidak berhenti di situ. Rumah Si ibu pemberani ini juga didatangi puluhan murid lelaki si habib. Di tengah malam, mereka masuk ke halaman rumah si ibu sambil memukul rebana dan menyanyi, menyebut sang ibu sebagai tukang fitnah.
 
Kasus ini sudah dilaporkan ke Polda Metro Jaya pertengahan Desember 2011. Belasan korban pencabulan siap bersaksi. Tapi polisi belum juga memeriksa sang habib. Sementara saat ini masih banyak abg lelaki yang menginap di rumah si habib.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar