Yang Terlalu Manis Untuk Dilupakan dari Slank (Sebuah Catatan Singkat Perjalanan Slank)
REP | 26 December 2011 | 18:50 Dibaca: 10544 Komentar: 0 1“Jujur aja, mental kami (pada saat itu) nggak siap. Tiba-tiba segala hal jadi mudah. Orang-orang yang tadinya nggak asik sama kita, jadi asik.” - Bim-Bim, Drumer SLANK -
Bim-Bim udah ngerasa bosan
terus-menerus membawakan lagu milik orang lain sehingga ia membentuk
grup band Slank. Sebelumnya, ia udah pernah membentuk grup band bersama
teman2 sekolahnya di Perguruan Cikini yg bernama Cikini Stone Complex
(CSC), yang beranggotakan Bim-Bim (Drum), Boy (Gitar), Kiki (Gitar),
Abi (Bass), Uti (Vokal) dan Well Welly (Vokal), tapi, ya itu tadi,
bisanya cuma membawakan lagu orang lain. “Gue bosen jadi plagiat,” begitu kata Bim-Bim.
Mereka sering membawakan lagu2 Rolling Stones yang juga merupakan idola mereka.
Di tengah jalan, beberapa dari mereka keluar dengan berbagai alasan.
Dengan diiringi keuletan dan tekad yang kuat dari seorang Bim-Bim untuk
menggapai cita-citanya menjadi seorang drummer sebuah grup band, maka
ia pun membentuk sebuah band lagi bersama kedua saudaranya Denny dan
Erwan serta mengajak Bongky Marcel sebagai gitaris baru yang pada saat
itu tercatat sebagai gitaris Cockpit Junior Band dan mereka memutuskan
utk membentuk grup band baru yg dinamakan ‘Red Evil’ dg formasi Bim-Bim
(Drum), Bongky (Gitar), Kiki (Gitar), Denny (Bass), dan Erwan (Vokal)
dan merekapun udah mulai berani memainkan lagu2 mereka sendiri.
Penampilan mereka yang cenderung
slenge’an dan seadanya diatas panggung, membuat para penonton dan
teman2 mereka menyebut mereka band slenge’an dan mulai saat itulah nama
band mereka berubah menjadi SLANK. Sebenarnya, Slank dibentuk dengan
tujuan sederhana yaitu bisa manggung dg lagu sendiri dan berharap bisa
masuk dapur rekaman.
Tapi, meski udah membuat lagu sendiri,
mereka ga bisa dengan mudah masuk dapur rekaman. Lima anak muda ini
udah mendatangi beberapa perusahaan rekaman, tapi ga satu pun yang
ambil peduli. “Alasannya, musik kami nggak bisa dijual,” kenang Bim-Bim.
Saat itu dunia rekaman Indonesia sedang
ramai dengan musik rock-nya Nicky Astria dan Ikang Fawzy, pop
kreatifnya Dedi Dhukun, dan juga pop melankolisnya Rinto Harahap plus
Obbie Mesakh. Musik Slank yg ga masuk tiga kategori itu dianggap ga
bisa menghasilkan keuntungan. Slank sempat frustrasi. Lantas mereka
mencoba berkompromi dengan selera pasar. “Kami membuat lagu rock yang mirip-mirip lagunya Ikang Fawzy,”
kata Bim-Bim. Sayangnya, meski udah kompromi begitu, lagu-lagu Slank
tetap dinilai ga layak rekaman. Alasannya sama yaitu tidak komersil.
Selama menawarkan demo rekamannya itu,
personel Slank pun berganti-ganti. Alasannya beragam, ada yang pengen
meneruskan sekolah atau juga ada yang capek dengan kondisi band yang
gitu-gitu aja. Pergantian personel emang udah menjadi kebiasaan dalam
band ini, bahkan ada formasi Slank yang dibentuk khusus cuma untuk
manggung disebuah acara ‘hajatan’.
Tercatat udah sekitar 13 kali Slank
mengalami gonta-ganti personel. Bersama Bongky, Bim-Bim masih terus
bertahan mengibarkan bendera Slank dan terus-menerus gonta-ganti
personel, hingga akhirnya mereka bertemu dg Parlin Burman Siburian
(Pay), Indra Chandra Setiadi (Indra Qadarsih) dan Akhadi Wira Satriaji
(Kaka) yang juga merupakan sepupu dari Bim-Bim dan kemudian merekapun
bergabung bersama Bim-Bim dan Bongky didalam Slank.
Setelah melalui proses yang sangat
panjang, pada akhir tahun 1980-an, Slank dg formasi Bim-Bim (Drum),
Bongky Marcell (Bass), Pay (Gitar), Kaka (Vokal), dan Indra Qadarsih
(Keyboard) yang akhirnya berhasil membawa Slank masuk ke dapur rekaman.
Pay yang berjasa besar mengantarkan
Slank berkenalan dengan Boedi Soesetyo, yang pada akhirnya menjadi
manajer Slank. Ceritanya, selain bermain untuk Slank, Pay kadang juga
bermain gitar mengiringi artis lain untuk rekaman.
Nah….suatu ketika, Pay mengisi gitar
untuk album Nike Ardilla. Saat itu, Nike sedang ditangani produser
Ichwan dan Boedi Soesetyo. Setelah tugasnya selesai, Pay menawarkan
bandnya sendiri yakni Slank supaya bisa diberi kesempatan untuk
rekaman. Ia lantas memperdengarkan demo Slank kepada dua produser ini.
Tak disangka, dua orang ini tertarik. Langsung aja Slank pun diajak
rekaman. Tapi di tengah jalan, Ichwan mundur. Jadilah Boedi sendirian
yang menjadi produser.
Slank pun akhirnya masuk dapur rekaman
dan berhasil merilis album pertama yang bertajuk SUIT-SUIT…He…He…(GADIS
SEXY). Album yang keluar pada tahun 1990 ini ternyata laku keras.
Album ini pun yang membuat Slank mendapatkan penghargaan di BASF Award
1991 sebagai ‘Artis Pendatang Baru Terbaik’.
Musiknya yang garang ditambah dengan lirik yang ’semau gue’, ternyata disukai banyak orang. “Kami cuma cerita yang ada di sekeliling kami,”
kata Bimbim, yang memang paling sering memberi ide lirik lagu Slank.
Di album pertamanya, Slank juga tanpa sungkan menunjukkan jati diri
mereka yang sebenarnya, seperti yang mereka tuangkan dalam lagu yg
berjudul ‘Memang’.
Walaupun usia para personel Slank pada
saat itu masih sangat muda (bahkan Kaka dan Indra pada saat itu masih
berusia belasan), Slank mampu mendobrak tradisi lirik musik Indonesia
yang bersopan santun dalam tata bahasa. Dalam hal musik,di album
pertamanya ini, mereka juga mencampur semua jenis musik. mulai dari
rock yang hingar-bingar dalam lagu ‘Suit-suit…He…He…He…’, blues di lagu
‘Apatis Blues’, sampai rock manis di lagu ‘Maafkan’.
Slank bukan cuma ’semau gue’ dalam
musik dan lirik lagu2nya, gaya berpakaian mereka pun sembarangan.
Sandal jepit, kaus oblong dan celana jins belel (kadang2 celana pendek)
adalah ’seragam’ sehari-hari mereka pada saat itu.
Bahkan pada saat itu, penampilan
keseharian Kaka sang vokalis malah lebih mirip anak gelandangan
daripada seorang vokalis grup band terkenal yang digandrungi remaja
penggemar musik saat itu. Mereka juga tanpa sungkan memakai
’seragam’nya itu di mana aja.
Pernah, dalam suatu acara penghargaan
musik di tahun 90-an, biasanya para artis yang datang mengenakan
pakaian dari perancang busana ternama, justru sebaliknya pada saat itu
Kaka malah datang dengan memakai kaus kostum timnas sepak bola Brasil,
bercelana pendek, dan bersandal jepit.
Boedi ternyata produser yang jeli. Ia
melihat gaya anak2 Slank yang se’mau’nya dan tidak mengindahkan aturan
ini bisa dijual. Boedi pun lantas mengimbau anak2 Slank agar jangan
mengubah gaya berpakaian ataupun gaya hidup mereka. “Kami disuruh jadi diri sendiri. Wah, rasanya senang banget,” kata Kaka. “Kami bahkan dilarang membaca buku-buku yang puitis seperti bukunya Kahlil Gibran untuk menulis lagu,”
Bim-Bim menambahkan. Maka dari itu, semakin menjadilah Slank sebuah
band baru dengan semangat pemberontakan. Bukan cuma dalam soal musik,
tapi juga untuk urusan gaya hidup.
Pada tahun 1992, Slank mengeluarkan
album kedua yg mereka beri nama ‘KAMPUNGAN’. Album ini pun laku keras.
Gaya musiknya semakin ’semau gue’, tapi tetap enak didengar dan
menyiratkan kecerdasan bermusik.
Coba denger lagu ‘Nina Bobo’. Didalam
lagu ini, mereka berlima bersama-sama bernyanyi lagu tidur Nina Bobo dg
hanya diiringi permainan keyboard ‘cerdas’ ala Indra Qadarsih.
Gilanya, mereka memasukkan suara dengkur keras sebagai latar belakanqg
nyanyiannya. Kegilaan lainnya lagi ada pada lagu ‘Bali Bagus’ yg
diakhir lagu tsb, mereka memasukan suara Kaka yang lagi mabok berat.
Di Album ini juga hits ‘Mawar Merah’ dan ‘Terlalu Manis’ yg melegenda
itu tercipta. Dua lagu yang seolah-olah udah menjadi lagu wajib Slank
saat konser sampe saat ini.
Sukses Slank diikuti dengan banyaknya
musisi yang berdatangan ke ‘markas’ Slank di Jalan Potlot, Duren Tiga,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Banyak musisi dan penyanyi yg ga cuma nongkrong,
tapi jg ber’guru’ disana seperti Anang Hermansyah, Oppie Andaresta,
Thomas ‘GIGI’ , Eki Lamoh (ex-Edane), Anda ‘Bunga’, Well Welly, Alm.
Imanez, Ivanka, Baron, Flowers band, Alm. Andy Liani, Ipang ‘BIP’ dll.
Merekapun juga mengawali kariernya di tempat ini.
Sehingga jadilah tempat tsb sbg
‘markas’ Slank, yang sebenarnya tempat tsb adalah rumah orangtua
Bim-Bim. Setiap hari tempat tsb selalu ramai dikunjungi para musisi,
ditambah para Slankers yang sekadar ingin berdekatan dengan para
idolanya itu.
Bim-Bim mengaku kaget dengan kenyataan ini. “Jujur aja, mental kami nggak siap,” katanya. Menurut dia, bisa rekaman aja udah lebih dari cukup. Ia ga siap dengan popularitas. “Tiba-tiba segala hal jadi mudah. Orang-orang yang tadinya nggak asyik sama kita, jadi asyik,” kata Bim-Bim lagi.
“Slank pecah memang gara-gara mabok” - Bongky ‘BIP’, ex- Slank -
Kesuksesan ini nyatanya berpengaruh
pada gaya hidup anak-anak Slank. Entah siapa yang memulai, mereka
mulai akrab dengan putaw, narkotik jenis heroin. Keakraban mereka
dengan narkotik melebihi keakraban antarpersonel band. Lima anak muda
yang biasanya selalu bersama-sama di rumah Bim-Bim mulai asik
sendiri-sendiri. Band pun mereka lupakan.
Badan para personel Slank pada saat itu
udah makin tak berdaging alias kurus kering, loyo, mata kuyu, jarang
tidur, hidup kacau, ga keurus dan yang paling parah adalah mereka
semakin menjadi seorang pemadat berat. Ga ada hari tanpa drugs dan alkohol. Makin mabok, terasa makin asik dan lebih rock n’ roll.
Para tetangga mereka menuding ‘markas’
Slank tsb sebagai ‘rumah madat’. Suasananya sumpek, kumel, acak-acakan
dan dekil. Beberapa remaja yang nongkrong di situ acuh tak
acuh, awut-awutan dg sorot mata yang tak bersahabat. Bahkan pada saat
itu, sehari2nya Kaka hanya berkaus oblong kutut, bercelana pendek
dekil, dan tak beralas kaki.
Meski begitu, di tahun 1995 mereka
tetap bisa menghasilkan album kelima yakni ‘MINORITAS’. Album kelima
ini menjadi saksi keakraban anak2 Slank dengan narkoba.
Album ‘MINORITAS’ menjadi saksi
tanda-tanda perpecahan di dalam tubuh Slank dg formasi paling dahsyat
sepanjang sejarah berdirinya Slank. Banyak pengamat menilai album ini
tidak sedahsyat karya Slank sebelumnya, baik dari segi musikalitas
maupun lirik. Itu terjadi, menurut Bim-Bim, lantaran para personel udah
jarang kumpul bersama. Mereka datang kalau ditelepon Bim-Bim aja. “Dalam album ini, gue udah kayak solo karir aja,” cerita Bim-Bim. “Pay datang ngisi gitar, terus pergi. Bongky dan Indra juga begitu,” kata Bim-Bim.
Benih-benih perpecahan itu semakin
tumbuh. Ketidakcocokan mulai melebar ketimbang memperkuat komitmen awal
saat membentuk Slank. Puncaknya adalah ketika Bongky, Indra, dan Pay
(sekarang membentuk grup band BIP) harus keluar dari grup yang udah
mencengkeramkan pengaruhnya di blantika musik Tanah Air itu. “Slank pecah memang gara-gara mabok,”
aku Bongky dan Pay, berbarengan. Menurut Bongky, kondisi Slank saat
itu emang udah ga bisa lagi diselamatkan. Sayang emang, formasi Slank
yang melahirkan banyak karya bagus dg kualitas musik yg luar biasa
mesti pecah.
“Kalau dulu kami itu Slank perjuangan, sekarang Slank selebritas” - Bongky ‘BIP’, ex-Slank -
Album tsb dikerjakan bersama
dibantu dengan dua musisi tamu yang udah ga asing lagi di daerah
Potlot, yakni Ivanka (Bass) dan Reynold (Gitar) sebagai additional player.
Formasi empat orang ini sempat beberapa kali manggung. Sayangnya
ditengah jalan, Reynold tiba-tiba mengundurkan diri dari Slank.
Bim-Bim, Kaka, dan Ivanka kebingungan dg ‘cabut’nya Reynold dari Slank.
Apalagi, saat itu mereka punya janji untuk mengadakan konser satu
minggu ke depan. Akhirnya, mereka sepakat merekrut gitaris lain. Atas
rekomendasi dari Ivanka, maka muncul nama Abdee Negara dan Ridho
Hafiedz.
Setelah beberapa kali manggung, Bim-Bim
dan Kaka mengumumkan bahwa Ivanka, Abdee, dan Ridho sebagai personel
tetap Slank yang baru menggantikan Bongky, Indra dan Pay. Lantas, Slank
baru ini pun mulai rekaman dan mengeluarkan album ‘TUJUH’ pada tahun
1997.
Berbeda dengan Slank formasi lama yang
cenderung nge-rock, Slank formasi ini cenderung lebih nge-blues. Lirik
mereka pun berubah. Tak lagi bercerita soal persoalan anak muda. Mereka
udah mulai menyentuh masalah sosial dan politik. Di album ‘TUJUH’ ini
juga me’lahir’kan hits ‘Balikin’. Lagu inilah, yang oleh Slankers
ditengarai sebagai tekad baru Slank untuk kembali ke ‘jalan yang
benar’.
Dari dalam ‘tubuh’ Slank itu sendiri,
muncul pemberontakan dari Ridho Hafiedz yang mengancam akan mundur dari
Slank jika mereka (Bim-Bim, Kaka dan Ivanka) masih ngobat. Maka dari
itu, mereka (Bim-Bim, Kaka dan Ivanka) memutuskan untuk rehabilitasi
dalam rangka menyembuhkan ketergantungan mereka terhadap narkoba.
Seperti album2 Slank sebelumnya, album
‘TUJUH’ ini pun lagi2 laku keras di pasaran. Album ini mampu terjual
hingga 1 juta kopi lebih. Sayangnya, album ini adalah klimaks dari
penjualan seluruh album2 Slank karena penjualan album2 Slank berikutnya
mengalami penurunan yg cukup drastis.
Slank bukan cuma berubah dalam urusan
musik. Gaya berpakaian mereka saat ini pun berubah. Bim-Bim dan Kaka
yang dulu tampil kumuh dengan kaus oblong, sandal jepit dan celana
butut, kini menjadi lebih modis dan rapi. Untuk yang satu ini, Bongky
punya komentar jenaka: “Kalau dulu kami itu Slank perjuangan, sekarang Slank selebritas,” katanya sambil tertawa.
Note ; Dibuat dalam rangka menyambut ulang tahun slank ke-28 dan dihimpun dari berbagai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar