Biografi Al-Habib HasanBin Muhammad Alhaddad(Mbah Priok)
kenapa dan ada apa dengan Mbah Priok?
Nama
Mbah Priok bagi warga Koja-Jakarta bukanlah nama yang asing terdengar.
Namun bagi warna Indonesia pada umumnya akan bertanya-tanya siapa
sebenarnya Mbah Priok tersebut? Siapa sosok yang booming di sebut-sebut
diberbagai pemberintaan nusantara sejak 14 April silam?
Ya,
nama Mbah Priok booming terdengar di berbagai pemberitaan setelah
terjadi bentrok antara santpol PP yang akan mengeksekusi makam beliau,
dengan massa pro Mbah Priok yang menolak eksekusi.
Siapa sebenarnya mbah Priok?
Beliau dikenal masyarakat sekitar dengan nama Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad.
Lahir pada tahun 1727 di Palembang, Sumatra Selatan berlayar untuk
menyebarkan Islam. Pada tahun 1756, dalam usia 29 tahun, dia pergi ke
Pulau Jawa. Beliau kesulitan menjalankan misinya menyebarkan Islam
karena dikejar-kejar belanda. Hingga akhirnya, Habib meninggal dunia.
Bagi
warga masyarakat, Mbah Priok atau Habib Hasan bin Muhammad al Haddad
bukan tokoh biasa. Dia adalah penyebar agama Islam dan seorang tokoh
yang melegenda. Namanya bahkan jadi cikal bakal nama kawasan Tanjung
Priok. Mbah Priok bukan orang asli Jakarta.
Dia
dilahirkan di Ulu, Palembang, Sumatera Selatan pada 1722 dengan nama Al
Imam Al Arif Billah Sayyidina Al Habib Hasan Bin Muhammad Al Haddad
R.A. Al Imam Al Arif Billah belajar agama dari ayah dan kakeknya,
sebelum akhirnya pergi ke Hadramaut, Yaman Selatan, untuk memperdalam
ilmu agama.
Menjadi
penyebar syiar Islam adalah pilihan hidupnya. Pada 1756, dalam usia 29
tahun, dia pergi ke Pulau Jawa. Al Imam Al Arif Billah tak sendirian,
dia pergi bersama Al Arif Billah Al Habib Ali Al Haddad dan tiga orang
lainnya menggunakan perahu. Konon, dalam perjalanannya, rombongan
dikejar-kejar tentara Belanda. Namun, mereka tak takluk.
Dalam
perjalanan yang makan waktu dua bulan, perahu yang mereka tumpangi
dihantam ombak. Semua perbekalan tercebur, tinggal beberapa liter beras
yang tercecer dan periuk untuk menanak nasi. Suatu saat rombongan ini
kehabisan kayu bakar, bahkan dayung pun habis dibakar. Saat itu, Mbah
Priok memasukan periuk berisi beras ke jubahnya.
Dengan
doa, beras dalam periuk berubah menjadi nasi. Cobaan belum berakhir,
beberapa hari kemudian datang ombak besar disertai hujan dan guntur.
Perahu tak bisa dikendalikan dan terbalik. Tiga orang tewas, sedangkan
Al Imam Al Arif Billah dan Al Arif Billah Al Habib harus susah payah
mencapai perahu hingga perahu yang saat itu dalam posisi terbalik.
Dalam
kondisi terjepit dan tubuh lemah, keduanya salat berjamaah dan berdoa.
Kondisi dingin dan kritis ini berlangsung 10 hari, sehingga wafatlah Al
Imam Al Arif Billah. Sedangkan Al Arif Billah Al Habib alam kondisi
lemah duduk diatas perahu disertai priuk dan sebuah dayung — terdorong
ombak dan diiringi lumba-lumba menuju pantai.
Kejadian
itu disaksikan beberapa orang yang langsung memberi bantuan. Jenazah Al
Imam Al Arif Billah dimakamkan. Dayung yang yang sudah pendek
ditancapkan sebagai nisan. Di bagian kaki ditancapkan kayu sebesar
lengan anak kecil — yang akhirnya tumbuh menjadi pohon tanjung.
Sementara
periuk nasi yang bisa menanak beras secara ajaib ditaruh di sisi makam.
Konon — periuk tersebut lama-lama bergeser dan akhirnya sampai ke
laut. Banyak orang mengaku jadi saksi, 3 atau 4 tahun sekali periuk itu
timbul di laut dengan ukuran sebesar rumah.
Berdasarkan
kejadian itu, daerah tersebut akhirnya dinamakan dengan Tanjung Priuk,
ada juga yang menyebut Pondok Dayung, yang artinya dayung pendek. Nama
Al Imam Al Arif Billah pun dikenal jadi ‘Mbah Priok’.
Rekan
perjalanan Mbah Priok, Al Arif Billah Habib Ali Al Haddad dikabarkan
sempat menetap di daerah itu. Dia lalu melanjutkan perjalanannya hingga
berakhir di Sumbawa
Namun
pemakamannya kini akan dialih fungsikan menjadi jalan tol dan terminal
peti kemas, sehingga makam beliau harus dipindah. Massa menolak
pemindahan tersebut sehingga bentrok dengan satpol PP 14 April silam
tidak bisa terelakkan.
Ratusan
orang terluka parah, ada yang tewas ditempat karena terinjak-injak,
kena sabetan kelewang, dsb. Setelah terjadi bentrok, pemerintah setempat
pun berdalih jika makam mbah Priok bukan di bongkar, tapi di renovasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar